1. Manfaat Permainan Pada Anak Usia Dini
Menurut Montololu
(2005:1.15) bahwa manfaat sikap senang bermain bagi anak adalah sebagai berikut
: (a) Bermain memicu kreatifitas anak,(b) Bermain bermanfaat mencerdaskan otak
anak, (c) Bermain bermanfaat menanggulangi konflik bagi anak, (d) Bermain
bermanfaat untuk melatih empati, (e) Bermain bermanfaat mengasah panca indera,
(g) Bermain itu melakukan penemuan. Karena dalam bermain memacu anak untuk
menemukan ide-ide serta menggunakan daya khalayaknya dan sekaligus dapat memicu
kreativitas anak dan dengan bermain membantu perkembangan kognitif anak dan
memberi kontribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir
dengan menentukan jalan menuju berbagai pengalaman yang tentu saja memperkaya
cara berpikir anak.
Beberapa ahli
pendidikan diantaranya Plato, Aristoteles, dan Frobel menganggap bahwa bermain
sebagai suatu kegiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan
sebagai media untuk menguatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.
Walaupun aktivitas bermain adalah kegiatan bebas yang spontan dan tidak selalu
memiliki tujuan duniawi yang nyata serta dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir, tetapi bermain sendiri
banyak memiliki manfaat yang fositif bagi anak yaitu :
a. Bagi perkembangan
aspek fisik : Anak berkesempatan melakukan kegiatan yang melibatkan
gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh anak sehat dan otot-otot tubuh menjadi
kuat.
b. Bagi perkembangan
aspek motorik halus dan kasar : Dalam bermain dibutuhkan gerakan dan koordinasi
tubuh (tangan, kaki, dan mata).
c. Bagi perkembangan
aspek emosi dan kepribadian : Dengan bermain anak dapat melepaskan ketegangan
yang ada dalam dirinya. Anak dapat menyalurkan perasaan dan menyalurkan
dorongan-dorongan yang membuat anak lega dan relaks.
2. Manfaat Kreativitas
Pada Anak Usia Dini
Pentingnya
pengembangan kreativitas ini memiliki empat alasan, yaitu:
a. Dengan berkreasi,
orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk salah satu
kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar, 1999)
kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya
dalam perwujudan dirinya.
b. Kreativitas sebagai
kemampuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
untuk menyelesaikan
suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang
mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir
linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling
tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas yang menuntut sikap
kreatif dari individu itu sendiri perlu dipupuk untuk melatih anak berpikir
luwes (flexibility), lancar (fluency), asli (originality), menguraikan
(elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition) yang merupakan ciri
berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (Supriadi, 2001).
c. Bersibuk diri
secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga
memberikan kepuasan
kepada individu.
d. Kreativitas
memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
C. Bentuk Permainan
Dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini
1. Bentuk Permainan
Pada Anak Usia Dini
Bermain merupakan
suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa
aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif,
dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna
memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui
khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Adapun jenis-jenis
permainan :
a. Permainan
Sensorimotor ( Praktis ) : Menggunakan semua indera dengan menyentuh,
mengeksplorasi benda, berlari, melompat, meluncur, berputar,melempar bola
b. Permainan Simbolis
( Pura-pura ) : Terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke
suatu simbol, sehingga bersifat dramatis dan sosiodramatis. Dalam permainan
pretend, ada 3 hal yang biasa terjadi : alat-alat, alur cerita dan peran.
c. Permainan Sosial :
permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya
d. Permainan
Konstruktif : Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan
representasi gagasan simbolis. Permainan Konstrukstif terjadi ketika anak-anak
melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu
pemecahan masalah ciptaan sendiri.
e. Games: kegiatan
yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang melibatkan
aturan dan seringkali kompetisi dengan satu anak atau lebih.
Bermain memberikan
kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat
berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain
atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia
akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak
kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki
pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting
artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas
dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan
puas.
Bermain memberikan
keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya
sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan
sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara
berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain
serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu bermain memberikan
kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh
daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak.
Berbagai bentuk
bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas, antara lain; Mendongeng,
Menggambar, Bermain alat musik sederhana, Bermain dengan lilin atau malam,
Permainan tulisan tempel, Permainan dengan balok, Berolahraga. Pada umumnya
para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara
jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan
perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a.
Jean Piaget
Adapun tahapan
kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1)
Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun
Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif sensori
motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan
bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutankenikmatan yang diperoleh
seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari
hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive assimilation.
2)
Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)
Merupakan ciri periode pra
operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal
dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab
pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang,
kuantitas dan sebagainya . Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak
terlalu memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak
akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi
benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan
lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan
mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi
anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.
3)
Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)
Pada usia 8-11 tahun anak lebih
banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih
banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4)
Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun
keatas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga.
Kegiatan bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya
jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan
yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan
berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.
Jika dilihat tahapan
perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya
dilakukan untuk kenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk hasil tertantu
seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
H. Zetzer, seorang
ahli psikologi bangsa Jerman, meneliti permainan dikalangan anak-anak. Tokoh
ini menyebutkan jenis-jenis permainan sebagai berikut:
a. Permainan Fungsi :
Dalam permainan ini yang diutamakan adalah gerakannya. Bentuk permainan ini
gunanya untuk melatih fungsi-fungsi gerak dan perbuatan.
b. Permainan
Konstruktif : Dalam permainan ini yang diutamakan adalah hasilnya, ada pula
yang disebut permainan destruktif. Bentuk permainan ini lebih bersifat merusak.
c. Permainan Reseptif
: Sambil mendengarkan cerita atau melihat-lihat buku bergambar, anak berfantasi
dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif.
d. Permainan Peranan :
Anak itu sendiri memegang peranan sebagai apa yang sedang dimainkannya
e. Permainan Sukses :
Dalam permainan ini yang diutamakan adalah prestasi, untuk kegiatan permainan
ini sangat dibutuhkan keberanian, ketangkasan, kekuatan dan bahkan persaingan.
Menurut Drs. Agus
Sujanto, jenis-jenis permainan adalah:
a. Permainan Gerak
atau Fungsi : Yang dimaksud adalah permainan yang mengutamakan gerak dan berisi
kegembiraan di dalam bergerak.
b. Permainan Destruktif
: Yang dimaksud adalah permainan dengan merusakkan alat-alat permainannya itu.
Seakan-akan ada rahasia di dalam alat permainannya dan ia mencari rahasia
tersebut.
c. Permainan
Konstruktif : Yang dimaksud anak senang sekali membangun, disusun balokbalok,
satu dan sebagainya menjadi sesuatu yang baru dan dengan itu si anak menemukan
kegembiraannya.
d. Permainan Peranan,
atau ilusi : Yang dimaksud adalah permainan peranan yang di dalamnya, si anak
menjadi seorang yang penting.
e. Permainan Reseptif
: Yang dimaksud adalah apabila orang tuanya sedang menceritakan sesuatu, maka
di dalam jiwanya si anak mengikuti cerita dengan menempatkan dirinya sebagai
tokohnya.
f. Permainan Prestasi
: Yang dimaksud adalah di dalam permainan itu si anak berlomba-lomba untuk
menunjukkan kelebihannya, baik kelebihan dalam kekuatan, dalam keterampilan
maupun dalam ketangkasannya.
2. Bentuk kreativitas
Pada Anak Usia Dini
Kreativitas dapat
ditinjau dari emat aspek, yaitu :
Kreativitas dari aspek
pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam interaksi dengan
lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat kratif, namun masing-masing dalam
bidang dan kadar yang berbeda-beda.
Kreativitas sebagai
kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi.
Kelancaran disini berkaitan dengan kemampuan untuk membangkitkat sejumlah besar
ide-ide.
Seseorang yang kreatif
dapat memiliki banyak ide, dengan hal tersebut akan semakin besar kesempatan
untuk menemukan ide-ide yang baik. Kelenturan atau fleksibilitas adalah mampu
melihat masalah dari beberapa sudut pandang.
Orang yang kreatif
memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak
ide. Fleksibilitas
secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan
mendapatkan informasi
tertentu atau berkurangnya kepastian dan
kekakuan.
Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan
penemuan. Orisinalitas
adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa, memecahkan problem
dengan cara yang luar biasa, atau menggunakan hal-hal atau situasi dalam cara
yang luar biasa. Individu yang kreatif membuahkan tanggapan yang luar biasa,
membuat asosiasi jarak jauh, dan membuahkan tanggapan yang cerdik serta
mempunyai gagasan-gagasan yang jarang diberikan orang lain. Elaborasi adalah
dapat merinci dan memperkaya suatu gagasan. Orang yang kreatif dapat
mengembangkan gagasan-gagasannya secara luas. Penilaian merupakan kemampuan
dalam mengapresiasikan sebuah ide. Orang yang kreatif memiliki cara-cara
sendiri dalam menilai sebuah ide dan hal itu berbeda dengan orang-orang pada
umumnya.
Kreativitas ditinjau
dari aspek Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu
(berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan. sehubungan dengan
hal ini pendidik diharapkan dapat memberi dukungan, perhatian, serta sarana
prasarana yang diperlukan.
Kreativitas sebagai
proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada anak usia prasekolah
hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan, dan jangan terlalu cepat
mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan bermanfaat. Jika pendidik terlalu
cepat menuntut produk kreatif yang memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan
mengurangi kesenangan dan keasyikan anak untuk berkreasi.
Kreativitas sebagai produk,
merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi individu dan /atau bagi
lingkunganya. Pada seorang anak, hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif,
jika baginya hal itu baru, ia belum pernah membuat itu sebelumnya, dan ia tidak
meniru atau mencontoh pekerjaan orang lain. Produk kreativitas anak perlu
dihargai agar merasa puas dan semangat berkreasi.
D. Ciri-ciri Permainan
Dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini
Pertumbuhan dan
perkembangan manusia tidak akan lepas dari 3 potensi primer, yaitu fisik,
kreatif dan rasio dan 3 potensi sekunder, yaitu gerak, imajinasi dan perasaan
(Primadi, 1988). Menurut Tabrani (1998), dalam diri manusia terdapat proses
yang sifatnya sadar, ambang sadar dan tidak sadar. Perkembangan rasio/daya
nalar merupakan gabungan antara gerak dan imajinasi, perkembangan kreatif
merupakan gabungan antara imajinasi dan perasaan. Unsur fisik, kreatif dan
rasio tersebut selalu bekerja secara bersamaan dalam diri manusia hanya
kadarnya saja berbeda-beda tergantung pada usia sejak bayi hingga dewasa.
Sebagai contoh, ketika bayi karena daya nalar dan kreativitasnya belum
terlatih, maka fisik sangat dominan terlihat dengan gerakan-gerakannya atau
tangisannya. Berbeda dengan masa kanak-kanak ketika kreativitasnya sudah
muncul, akan tetapi nalarnya belum sepenuhnya hadir, maka yang dominan hadir
pada diri anak adalah fisik dan kreatifnya. Dan ketika telah dewasa,
perkembangan fisik, kreatif, rasio tersebut diharapkan dengan pendidikan yang
benar terjadi integrasi yang sinergis. Pemunculan aspek fisik, kreatif dan
rasio tersebut seiring dengan permasalahan yang dihadapinya, misalnya ketika
seorang sedang belajar matematika, ketiga unsur fisik, kreatif dan rasio
bekerja, hanya saja pada saat itu unsur rasio lebih dominan bekerja
dibandingkan kreatif dan fisiknya. Begitu pula ketika bermain sepak bola, fisik
dan kreatif lebih dominan bekerja dibandingkan unsur rasio. Artinya tidak ada
manusia yang hanya fisiknya saja berkembang 100%, rasionya atau kreatifnya yang
100%, akan tetapi ketiganya bersinergi menjadikan manusia sebagai manusia.
Ciri-ciri kreativitas
dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri
non-kognitif (nonaptitude). Ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari
orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri
non-kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap
kreatif. Kreativitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun ciri non
kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan
dikembangkan. Selain kedua ciri sebelumnya, Seorang anak disebut kreatif jika
ia menunjukkan ciri-ciri berikut ini:
a. Anak yang kretif
cenderung aktif
b. Bereksplorasi,
bereksperimen, memanipulasi, bermain-main, mengajukan pertanyaan, menebak
c. Menggunakan
imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita
d. Berkonsentrasi
untuk “tugas tunggal dalam waktu cukup lama
e. Menata sesuatu
sesuai selera
f. Mengerjakan sesuatu
dengan orang dewasa
g. Mengulang untuk
tahu lebih jauh
Beberapa ciri anak
kreatif antara lain adalah sebagai berikut :
1. Lancar berpikir
Ia bisa memberi banyak
jawaban terhadap suatu pertanyaan yng Anda berikan. Inilah salah satu kehebatan
anak kreatif. Ia mampu memberikan banyak solusi dari sebuah masalah yang
dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan. Dunia ini penuh masalah
dan tantangan. Semakin kreatif seseorang, maka ia akan dengan mudah menjawab
semua masalah dan tantangan hidupnya dengan kreativitasnya.
2. Fleksibel dalam
berpikir
Ia mampu memberi
jawaban bervariasi, dapat melihat sutu masalah dalam berbagai sudut pandang.
fleksibilitas ini juga sangat penting dalam kehidupan. Seorang yang fleksibel,
akan dengan mudah menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan.
3. Orisinil (asli)
dalam berpikir
Ia dapat memberi
jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak
lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.
4. Elaborasi
Ia mampu menggabungkan
atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu
untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal
kecil Semua ciri-ciri anak kreatif tersebut bisa dikembangkan. Jadi bukan
semata keturunan seorang anak bisa menjadi kreatif.
1. Imaginatif
Anak kreatif memiliki
daya khayal atau imajinasi, yang ia aplikasikan dalam kegiatannya sehari-hari.
Ia menyukai imajinasi dan sering bermain peran imajinasi. Misalnya, ia
membayangkan dirinya sebagai Ibu, maka ia akan berperan sebagai ibu dalam segi
bicara dan perilakunya. Dalam tataran anak remaja, imajinasi ini biasanya
berupa fiksi ilmiah, yakni sudah cukup mampu mengembangkan imajinasinya dalam
bentuk-bentuk keilmuan, seperti menulis cerpen atau naskah drama, menciptakan
lirik lagu, bermusik dengan genre tertentu.
6. Senang Menjajaki
Lingkungannya
Anak kreatif senang
dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain menyenangkannya juga
membuatnya banyak belajar. Ia bisa mengumpulkan dan meneliti makhluk hidup,
serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini tentu saja bermanfaat untuk
masa depannya karena ia akan selalu belajar dan mengasah rasa ingin tahunya
terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga terkait dengan kecerdasan anak
secara naturalis. Misalnya, karena ia senang meneliti makhluk hidup, maka ia
senang memelihara binatang atau tanaman yang disukainya dan memberinya nama.
7. Banyak Ajukan
Pertanyaan
Anak kreatif sangat
suka mengajukan pertanyaan, baik secara spontan yang berkaitan dengan
pengalaman barunya maupun hasil ia berpikir. Sering kali pertanyaan yang
diajukannya membuat kita sulit dan merasa terjebak. Karena itu, kita harus memiliki
strategi yang tepat dengan berhati-hati memberikan pernyataan dan harus siap
dengan jawaban yang membuatnya mengerti.
8. Mempunyai Rasa
Ingin Tahu yang Kuat
Anak kreatif suka
memperhatikan sesuatu yang dianggap menarik dan mendalaminya sampai puas. Rasa
ingin tahu anak kreatif sangat tinggi, sehingga ia tak akan melewatkan
kesempatan untuk bertanya. Karena itu, kita sering dibuatnya agak kewalahan
bahkan jengkel dengan menganggap anak kita bawel. Padahal itulah kehebatannya,
rasa ingin tahunya akan membuatnya haus ilmu, memiliki daya kritis dalam
berpikir dan tidak cepat percaya dengan ucapan orang sebelum membuktikan
kebenarannya. Karena itu, fokus dan konsentrasi terhadap anak kreatif harus
benar-benar diperhatikan. Cara berpikirnya yang cepat dan lancar akan
membuatnya mudah bertindak memuaskan keingintahuannya.
9. Suka Melakukan
Eksperimen
Anak kreatif suka
melakukan percobaan dengan berbagai cara untuk memuaskan rasa penasaran dan
rasa ingin tahunya. Karena itu, sebagaimana contoh di atas, orang tua harus
bayak mendampingi dan membimbingnya, tetapi tidak bertujuan menghambat atau
terlalu mencampuri eksperimennya itu. Memberikan penjelasan tentang baik dan
buruknya sesuatu lebih baik daripada berkata “jangan” atau “tidak boleh”.
10. Suka Menerima
Rangsangan Baru
Anak kreatif sangat
suka mendapatkan stimulus atau rangsangan baru, serta terbuka terhadap
pengalaman baru. Hal ini berkaitan dengan rasa ingin tahunya dan kesukaannya
bereksperimen. Semakin banyak stimulus yang kita berikan, maka semakin banyak
pula pengetahuan yang didapatkannya dan semakin banyak pula percobaan yang
dilakukannya, sehingga proses dan kemampuan berpikirnya akan terus berkembang
dan mengasah kecerdasan otaknya.
11. Berminat Melakukan
Banyak Hal
Anak kreatif memiliki
minat yang besar terhadap banyak hal. Ia suka melakukan hal-hal yang baru,
berani mencoba hal baru dan tidak takut terhadap tantangan. Dengan mengetahui
antusiasme dari minatnya terhadap sesuatu akan membantu orang tua mengenali
bakat anak, sehingga sejak dini bisa mengembangkan minat dan bakatnya secara
berdampingan dan berkesinambungan. Selain itu, keberanian melakukan hal-hal
baru dapat memupuk rasa percaya dirinya yang bermanfaat untuk perkembangan
kepribadiannya kelak.
12. Tidak Mudah Merasa
Bosan
Anak kreatif tidak
mudah bosan melakukan sesuatu. Ia akan melakukannya sampai ia merasa
benar-benar puas. Jika sudah puas, maka ia akan melakukan sesuatu yang lain
lagi. Inilah ciri kreativitasnya yang menonjol.